Warga Jepang memiliki banyak cara untuk tetap melestarikan budaya-nya, Salah satunya dengan cara yang dipilih oleh para pengangkut mikoshi ini. Benjolan permanen di bahu dan punggung menjadi bukti dedikasi mereka terhadap budaya nenek moyang.
Bagi yang sudah akrab dengan budaya Jepang, pasti sudah tidak asing lagi dengan berbagai festival tradisional yang kerap diadakan oleh warga negeri sakura. Festival-festival tersebut biasanya melibatkan mikoshi, altar persembahan yang ditempatkan dalam sebuah kuil mini. Mikoshi biasanya diletakkan di atas tandu dan diarak keliling kompleks. Butuh belasan orang untuk mengangkutnya, sebab berat satu mikoshi saja kadang bisa mencapai 1 ton.
Mikoshi biasa ditandu oleh para pria dan pemuda. Mereka mengenakan busana tradisional yang disebut happi, menandu kayu penyangga mikoshi di pundak sambil meneriakkan seruan tradisional. Kegiatan ini benar-benar menguras energi dan ketahanan fisik, tetapi dianggap sebagai bentuk penghormatan terhadap budaya. Dilansir Rocketnews24, setiap pria Jepang harus mencoba mengangkat mikoshi setidaknya sekali seumur hidup.
Namun ada pula warga Jepang yang begitu antusias berpartisipasi dalam festival, menjadi salah satu pengangkut mikoshi dalam setiap perayaan. Beban mikoshi yang berat membuat tubuh mereka beradaptasi begitu rupa, membentuk benjolan keras di bagian yang sering lecet karena tandu. Benjolan ini kemudian disebut mikoshi dako.
Benjolan ini tak ubahnya kapalan pada jari para gitaris dan kaki penari balet. Karena itulah para penandu mikoshi yang memilikinya sama sekali tak malu dengan kelainan tubuh yang mereka miliki.
Alih-alih menutupinya, para pria ini justru memamerkan benjolan di bahu dan tengkuk mereka dengan bertelanjang dada. Bagi mereka, ini adalah bukti kecintaan terhadap budaya yang patut dibanggakan.
Bagi yang sudah akrab dengan budaya Jepang, pasti sudah tidak asing lagi dengan berbagai festival tradisional yang kerap diadakan oleh warga negeri sakura. Festival-festival tersebut biasanya melibatkan mikoshi, altar persembahan yang ditempatkan dalam sebuah kuil mini. Mikoshi biasanya diletakkan di atas tandu dan diarak keliling kompleks. Butuh belasan orang untuk mengangkutnya, sebab berat satu mikoshi saja kadang bisa mencapai 1 ton.
Mikoshi biasa ditandu oleh para pria dan pemuda. Mereka mengenakan busana tradisional yang disebut happi, menandu kayu penyangga mikoshi di pundak sambil meneriakkan seruan tradisional. Kegiatan ini benar-benar menguras energi dan ketahanan fisik, tetapi dianggap sebagai bentuk penghormatan terhadap budaya. Dilansir Rocketnews24, setiap pria Jepang harus mencoba mengangkat mikoshi setidaknya sekali seumur hidup.
Namun ada pula warga Jepang yang begitu antusias berpartisipasi dalam festival, menjadi salah satu pengangkut mikoshi dalam setiap perayaan. Beban mikoshi yang berat membuat tubuh mereka beradaptasi begitu rupa, membentuk benjolan keras di bagian yang sering lecet karena tandu. Benjolan ini kemudian disebut mikoshi dako.
Benjolan ini tak ubahnya kapalan pada jari para gitaris dan kaki penari balet. Karena itulah para penandu mikoshi yang memilikinya sama sekali tak malu dengan kelainan tubuh yang mereka miliki.
Alih-alih menutupinya, para pria ini justru memamerkan benjolan di bahu dan tengkuk mereka dengan bertelanjang dada. Bagi mereka, ini adalah bukti kecintaan terhadap budaya yang patut dibanggakan.
Tag :
Ragam
0 Comments for "Bukti Dedikasi Warga Jepang Yang Sangat Tinggi Menghargai Tradisi Masa Lalu"
*Berkomentarlah yang Baik dan Sopan
*Silahkan Beri Tanggapan Sesuai Topik Artikel diatas
*Dilarang SPAM dan Menyertakan Link Aktif