Angka kelahiran Negri Samurai Biru sangatlah rendah. Bahkan pernah mencapai titik terendahnya pada tahun 2017 lalu. Akibatnya Pemerintah Jepang dan Komunitas-komunitas di Jepang mulai menyeruhkan program untuk menambah angka kelahiran. Walaupun begitu, program pencarian pasangan hingga pernikahan tersebut dinilai tidak terlalu berhasil, wanita di Jepang merasa terlalu capek untuk peduli dengan apa yang dinamakan Pacaran dan Pencarian Pasangan, Menurut lembaga survei Sekitar 60 Persen wanita di Jepang tidak merasakan cukup Relax dan tidak tertarik pada hubungan cinta.
Rasanya sangat menyedihkan mendengarkan hal tersebut. Bagaimana nasib Pria Jomblo yang ngenes berharap mendapatkan pasangan ? lebih sakit lagi ketika mengetahui bahwa 1 dari 4 wanita Jepang mengakui tertidur ketika berduaan saat pacaran. Mereka merasa capek, tidak nyaman bahkan stress. Mereka berpikir Untuk apa menghabiskan waktu berpacaran apabila mereka dapat santai menonton sinetron dan aktor favoritnya di televisi rumah sambil memakai baju tidur, untuk menenangkan pikiran dan badan yang capek setelah seharian bekerja ?
Apakah wanita Jepang menyerah dalam kasus tentang Cinta ? Mungkin sebagian begitu. Tetapi itu bukan indikasi mereka untuk tidak menikah. Beberapa dari mereka mungkin tidak ingin merasakan hubungan pacaran dan pernikahan yang naik turun dan mengganggu pikiran mereka, tapi 80 persen dari wanita Jepang mengatakan mereka menginginkan Pria idaman dengan Antei (Kestabilitas dalam pekerjaan, bisa juga diartikan sebagai penghasilan yang tinggi) , sehingga mereka bisa membagikan kemewahan pernikahan mereka di Instagram agar semua orang bisa ikut berbahagia. semacam itulah.. Susah ya kriteria menjadi idaman para wanita Jepang. Huh..
Semakin banyak wanita jepang yang enggan membuang waktu mereka dengan keluar berpacaran, menurut mereka semakin sering mereka berduaan di luar, semakin tinggi resiko pula mereka untuk hamil saat bermain cinta dengan pria yang bahkan tidak mapan dan tidak siap.
Bukan mereka tidak mau tahu tentang angka kelahiran yang rendah di Jepang, tetapi mereka memilih untuk mencari pasangan yang benar-benar pas dan mapan di situs-situs perjodohan online sebelum memutuskan untuk melangkah lebih jauh dalam hubungan yang serius.
Menariknya, angka-angka tersebut berbanding terbalik dengan Pria. 80 persen dari mereka mengaku menginginkan pacar walaupun sebagian tidak menginginkan ke hubungan yang lebih dari pacaran, yaitu pernikahan. Mereka memandang pernikahan adalah sebuah beban apabila mereka belum siap secara keuangan, yang bisa bedampak pada berubahnya gaya hidup mereka serta penghasilan yang mereka dapatkan sebelum mapan.
Tampaknya karena itu konsep sebuah Cinta dan Pernikahan di Jepang menjadi terpisahkan dari prioritas utama wanita dan pria Jepang. Pekerjaan yang sangat meletihkan sejalan dengan totalitas dan loyalitas mereka dalam bekerja guna mencapai kondisi keuangan yang mapan.
Bagaimanapun Program dan Desakan pemerintah tentang angka kelahiran yang kecil tidak ada apa-apanya dengan Baju tidur yang nyaman dan Sofa yang empuk untuk bersantai.
Rasanya sangat menyedihkan mendengarkan hal tersebut. Bagaimana nasib Pria Jomblo yang ngenes berharap mendapatkan pasangan ? lebih sakit lagi ketika mengetahui bahwa 1 dari 4 wanita Jepang mengakui tertidur ketika berduaan saat pacaran. Mereka merasa capek, tidak nyaman bahkan stress. Mereka berpikir Untuk apa menghabiskan waktu berpacaran apabila mereka dapat santai menonton sinetron dan aktor favoritnya di televisi rumah sambil memakai baju tidur, untuk menenangkan pikiran dan badan yang capek setelah seharian bekerja ?
Apakah wanita Jepang menyerah dalam kasus tentang Cinta ? Mungkin sebagian begitu. Tetapi itu bukan indikasi mereka untuk tidak menikah. Beberapa dari mereka mungkin tidak ingin merasakan hubungan pacaran dan pernikahan yang naik turun dan mengganggu pikiran mereka, tapi 80 persen dari wanita Jepang mengatakan mereka menginginkan Pria idaman dengan Antei (Kestabilitas dalam pekerjaan, bisa juga diartikan sebagai penghasilan yang tinggi) , sehingga mereka bisa membagikan kemewahan pernikahan mereka di Instagram agar semua orang bisa ikut berbahagia. semacam itulah.. Susah ya kriteria menjadi idaman para wanita Jepang. Huh..
Semakin banyak wanita jepang yang enggan membuang waktu mereka dengan keluar berpacaran, menurut mereka semakin sering mereka berduaan di luar, semakin tinggi resiko pula mereka untuk hamil saat bermain cinta dengan pria yang bahkan tidak mapan dan tidak siap.
Bukan mereka tidak mau tahu tentang angka kelahiran yang rendah di Jepang, tetapi mereka memilih untuk mencari pasangan yang benar-benar pas dan mapan di situs-situs perjodohan online sebelum memutuskan untuk melangkah lebih jauh dalam hubungan yang serius.
Menariknya, angka-angka tersebut berbanding terbalik dengan Pria. 80 persen dari mereka mengaku menginginkan pacar walaupun sebagian tidak menginginkan ke hubungan yang lebih dari pacaran, yaitu pernikahan. Mereka memandang pernikahan adalah sebuah beban apabila mereka belum siap secara keuangan, yang bisa bedampak pada berubahnya gaya hidup mereka serta penghasilan yang mereka dapatkan sebelum mapan.
Tampaknya karena itu konsep sebuah Cinta dan Pernikahan di Jepang menjadi terpisahkan dari prioritas utama wanita dan pria Jepang. Pekerjaan yang sangat meletihkan sejalan dengan totalitas dan loyalitas mereka dalam bekerja guna mencapai kondisi keuangan yang mapan.
Bagaimanapun Program dan Desakan pemerintah tentang angka kelahiran yang kecil tidak ada apa-apanya dengan Baju tidur yang nyaman dan Sofa yang empuk untuk bersantai.
Tag :
Ragam
0 Comments for "Ini Dia Alasan Wanita Jepang Tidak Mau Bermain Cinta"
*Berkomentarlah yang Baik dan Sopan
*Silahkan Beri Tanggapan Sesuai Topik Artikel diatas
*Dilarang SPAM dan Menyertakan Link Aktif