Mbah Gotho Orang tertua Didunia berusia 146 tahun


Sodimejo alias Mbah Gotho yang kini hidup tentram di Sragen berusia 146 tahun. Apakah pria kelahiran tahun 1870 itu menjadi manusia tertua di Abad 21???

Ucapan semoga panjang umur sepertinya tak berlaku bagi Saparman atau Mbah Gotho. Bila orang-orang berharap diberikan umur panjang, dia memilih mendamba ajal menjemput.

Mbah Gotho di KTP yang tertera lahir pada Desember 1870. Mbah Gotho kini diasuh cucunya di Sragen.
"Saya ini hanya tinggal nunggu memanise pati (menunggu nikmat kematian) yang pasti akan menjemput," kata si Mbah.

Mbah Gotho yang hidup di Dusun Segeran, Desa Cemeng, Sambungmacan, Sragen kini hidup bersama cucunya Suryanto, yang berusia 50-an tahun. Kerabat dan keluarga yang hidup di sekitar Mbah Gotho tidak bisa memastikan apakah usia Mbah Gotho benar-benar 146 tahun.

Kepala Desa Cemeng, Sriyanto, mengatakan data kependudukan yang mencatat kelahiran Mbah Gotho tak lagi bisa ditemukan. Sriyanto hanya berpegangan pada dokumen berupa Kartu Keluarga dan KTP yang dimiliki oleh Mbah Gotho yang mencatat bahwa lelaki renta itu kelahiran 31 Desember 1870.
Setiap harinya, ia hanya menghabiskan waktunya dengan duduk menghadap pintu di rumahnya yang beralamat di Dusun Segeran, Desa Ceeng, Kecamatan Sambungmacan,Sragen, Jawa Tengah. Di balik  pintu atau samping kursi tempat duduknya terdapat ranjang tua dengan kasur kapas yang sudah tipis. Ada sebuah meja, yang menjadi tempat cucu-cucunya untuk menghidangkan makanan dan minuman.

Ia sudah tidak bisa berjalan. Untuk mandi dan makan, ia selalu dibantu cucunya yang bergantian menyambanginya. Lantaran sudah berusia tua, kemampuan mendengarnya sudah menurun. Untuk berkomunikasi dengannya, maka harus mengeluarkan volume suara yang kencang di dekat telinga.

Penghitungan umur dari Mbah Gotho ini unik. Lantaran bukti-bukti fisik yang menunjukkan kapan dirinya lahir sudah tidak ditemukan, maka penghitungannya adalah berdasar cerita masa lalunya yang mengiringi proses kehidupannya.

"Saya lahir di hari Kamis Wage, Bulan Sapar. Karena itu saya diberi nama Saparman. Tahun lahir saya tidak ingat pasti. Yang saya ingat ketika peresmian Pabrik Gula Gondang, saat itu saya sudah ikut datang menonton. Saat itu saya mendengar cerita bahwa Belanda kurang berkenan dengan posisi pabrik yang baru dibangun itu. Saat itu saya sudah besar dan bisa membantu bapak membajak di sawah. Anak desa sudah diajari membajak sawah itu ketika sudah umur 10 tahun ke atas," tuturnya lancar.
Satu penanda dari penghitungannya adalah pendirian Pabrik Gula Gondang di Sragen, Jawa Tengah, pada 1880. Menurut cerita Mbah Gotho, saat pendirian pabrik itu, dirinya sudah lahir bahkan sudah menapaki umur remaja. "Gondang ada, saya sudah lahir," kata Mbah Gotho singkat.

Saat zaman penjajahan Belanda, Mbah Gotho memiliki pengalaman juga. Ia teringat saat masa penjajahan ada tentara Indonesia yang kena tembak. Ia bersama temannya menggotong sang tentara bersama untuk mengobati sang pejuang kemerdekaan itu.  "Zaman penjajahan saya sudah punya anak dua," kata dia. ‎

Berdasar keterangan itulah, Mbah Gotho sudah berumur lebih dari 146 tahun. Sesuai data kependudukan di KTP, Mbah Gotho lahir pada 31 Desember tahun 1870. Mbah Gotho merupakan anak kedua dari 11 bersaudara. Sesuai KK, ia merupakan putra dari pasangan Setrodikromo dan Saliyem. Salah satu cucu si Mbah, Suryanto, mengatakan seluruh saudara kakeknya sudah meninggal.‎

"Semua sudah meninggal. Ini tinggal Mbah Gotho saja. Teman-temannya juga sudah enggak ada di kampung ini yang masih hidup," kata Suryanto.

Saparman adalah anak kedua dari sebelas bersaudara dari pasangan Setrodikromo dan Saliyem. Sepanjang hidupnya Saparman alias Mbah Gotho menikah dengan empat orang perempuan. Pernikahannya yang pertama dengan sepupunya sendiri gagal di tengah jalan. Lalu dia menikah lagi, hingga pernikahannya yang terakhir dengan Rayem yang memberinya tiga orang anak, yang kini telah memberinya 12 cucu, 17 cicit dan 2 canggah. Mbah Rayem, yang usainya terpaut jauh dengannya, sudah wafat tahun 1997 lalu.

"Saya menikah empat kali, ada yang cerai ada yang meninggal. Anak saya lima, tapi yang dua meninggal ketika masih kanak-kanak. Tiga anak saya yang hidup hingga dewasa semua dari istri terakhir. Dari tiga itu, sekarang yang dua sudah meninggal juga. Semua saudara saya juga sudah lama meninggal, tinggal saya yang masih disisakan. Mungkin saya menuruni simbah saya yang juga panjang umur,".
Keseharian Mbah Gotho saat ini adalah hanya duduk. Kadang kala ia mendengarkan radio, tapi volume suaranya harus keras. Maklum jika melihat televisi, ia tidak bisa maksimal menikmatinya. Kemampuan melihatnya minim.

"Kalau soal makanan, Mbah Gotho ini tidak pernah rewel. Makan apa saja pasti mau. Minum es teh masih bisa. Tapi sejak tiga bulan ini harus disuapi saat makan. Harus dimandikan karena sudah benar-benar tua," kata Suryanto.

"Dulu simbah ikut emak saya. Setelah emak wafat, beliau ikut saya. Semenjak saya kecil kondisi simbah juga sudah seperti sekarang ini, meskipun masih cukup kuat. Setahun terakhir memang terlihat mulai melemah, terutama kaki dan pendengarannya. Setahun lalu masih giat menyiangi rumput atau menyapu di samping rumah. Namun itu bukan berarti simbah benar-benar diam. Dua hari lalu sempat berjalan sendiri ke warung tetangga yang agak jauh hanya untuk membeli korek api. Saya tidak tahu kalau simbah keluar rumah, tahu-tahu sudah diantar pulang oleh pemilik warung," tutur Suryanto.

"Jika dihitung-hitung turunan keluarga Mbah Gotho itu sudah empat kali. Anak, cucu, cicit, dan canggah. Anak-anaknya sudah tidak ada. Ini yang ada tinggal cucu, cicit, dan canggah," ucap Suryanto.

Kisah Mbah Gotho ini pun langsung menarik perhatian media internasional. IBTimes dan Mirror bahkan menulis manusia tertua atas nama Mbah Gotho perlu diverivikasi pihak independen agar bisa segera masuk ke Guinness Book of Record.

Tag : Peristiwa
0 Comments for "Mbah Gotho Orang tertua Didunia berusia 146 tahun"

*Berkomentarlah yang Baik dan Sopan
*Silahkan Beri Tanggapan Sesuai Topik Artikel diatas
*Dilarang SPAM dan Menyertakan Link Aktif

Back To Top