Penemuan Fosil Manusia Purba Dari Flores Lebih Tua dari Hobbit di Liang Bua

Pada hari kamis, 8 Juni 2016, Pusat Survei Geologi melaksanakan kegiatan konferensi pers dengan judul “The International Media Release of New Human Fossils Excavated from Flores”. Kegiatan ini merupakan bagian dari kerjasama penelitian antara Badan Geologi dan University of Wollongong, Australia, sejak tahun 2010, dengan tujuan untuk mengetahui kondisi geologi Cekungan Soa kaitannya dengan sejarah kehidupan, serta membuka kunci pandora “pandora box” mengenai evolusi dan migrasi manusia purba di Asia Tenggara maupun global.

Setelah hampir 60 tahun mencari, akhirnya fosil manusia di Cekungan Soa, Kabupaten Ngada, Flores, Nusa Tenggara, ditemukan. Menurut geolog yang terjun sejak tahun 1991 meneliti dugaan keberadaan fosil manusia di Mata Menge, Prof Fachroel Aziz, fosil manusia itu ditemukan pada Oktober 2014.

Pada kesempatan yang sama Gert van den Bergh seorang Geolog dan ahli Palaentology dari Australia yang bergabung bersama Prof Fachroel Aziz sejak dia masih menjadi mahasiswa University of Wollongong pada Tahun 1991 menyampaikan fosil tersebut ditemukan oleh Mika.

"Saya lebih dari 20 tahun mencari enggak ketemu, sementara Mika baru bergabung dua tahun, dia yang menemukan fosil itu" seloroh Gert dalam seminar temuan fosil manusia purba di Museum Geologi, Rabu malam (8/6/2016).

Mika yang disebutnya merupakan mahasiswa S3 University of Wollongong Australia. Mika Rizki Puspaningrum (30), orang yang pertama melihat fosil gigi di Mata Menge, Cekungan Soa, NTT.

Temuan fosil gigi terjadi pada Oktober 2014. "Itu dua minggu berakhirnya eskavasi. Kita udah capek. Itu pagi-pagi jam 10. Seperti biasa, saya berkeliling ke lokasi penggalian. Ada dua trans yang digali saat itu," terang Mika yang saat peristiwa itu baru bergabung satu bulan.

Tiba di lokasi penggalian yang dilakukan Andreas Boko, warga setempat yang diperbantukan untuk eskavasi, Mika seperti biasa mencatat apa saja yang telah ditemukan.

"Saya lihat ada fosil gigi, itu sudah lepas dari sedimennya. Loh ini yang kita cari selama ini. Lalu saya masukkan fosil gigi itu ke tas plastik yang biasa saya bawa, terus memfotonya dan mencatat semuanya," ujar Mika yang mengaku senang menjadi orang yang pertama menemukannya. Mika juga mengaku eskavasi ini pertama yang ia ikuti.
Menurut Gert van den Bergh, gigi yang pertama ditemukan itu adalah gigi geraham bawah bagian kanan. Gara-gara temuan ini, eskavasi diperpanjang lagi 10 hari atau hampir sebulan.

Ditemukan enam buah gigi di antaranya geraham (molar), gigi kacil (incisor), gigi taring (canine) dan pecahan rahang bawah. "Awalnya kita mengira itu gigi anak kecil, karena ukurannya sangat kecil. Namun setelah diteliti, itu gigi orang dewasa. Pecahan rahang bawahnya juga kecil," tutur Gert van den Bergh.

Penampakan Fosil Gigi
Dikutip dari jurnal Nature dan media Inggris Guardian, Kamis (9/6/2016), terlihat gigi dan pecahan rahang tersebut. Panjang dan bentuknya bervariasi. Kondisinya pun tidak semua utuh. Ada yang retak, sebagian lagi pecah.

Dalam jurnal Nature, dipajang juga lokasi temuan fosil dan lapisan-lapisan penggaliannya. Secara detail, temuan sampel gigi dan rahang tadi juga dijabarkan untuk menjelaskan usianya.


Gert Van den Bergh menjelaskan, temuan fosil enam gigi dan pecahan rahang bawah di Mata Menge, menunjukkan bahwa fosil itu berukuran kecil, lebih kecil dari Homo Florensiensis. Dari situ, disimpulkan tinggi manusia kerdil itu hanya kurang dari satu meter.


Gert Van den Bergh tak berani menyimpulkan terlalu cepat mengenai fosil manusia purba dari Mata Menge ini. "Ini yang kita dapat baru gigi dan potongan rahang bawah. Ada serpihan otak, tapi kecil sekali, tidak berarti apa-apa," tandasnya.


Perkiraan Bentuk Wajah
Peneliti senior di University of Wollongong Australia pernah membuat gambaran wajah Homo floresiensis dari Flores, NTT, pada tahun 2012 lalu. Dia memang pernah terlibat dalam proses penelitian di situs tersebut selama beberapa tahun.

"Di media sering disebut 'facial reconstruction', tapi karena saya bekerja berdasarkan bukti dan bekerja di ilmu arkeologi, kami lebih senang menyebutnya 'facial approximation', kata Dr Hayes seperti dikutip artikel di uow.edu.au.

Foto-foto wajah yang dibuat Hayes kini kembali muncul di sejumlah media di Australia dan dikaitkan dengan temuan fosil gigi dan rahang bawah manusia purba tertua dan diperkirakan hidup 700 ribu tahun lalu. Tingginya diperkirakan lebih kecil daripada homo floresiensis.


Hayes menyebut gambar temuannya adalah seorang wanita. Proses rekonstruksi wajah ini disebutnya sebagai pekerjaan yang sulit, terutama menyengkut manusia purba arkaik.

"Dia bukan gambaran seseorang yang disebut cantik, tapi dia jelas sangat istimewa," katanya.
Dari hasil penelitian gigi itu, disimpulkan usia fosil manusia purba di Mata Menge sekitar 700 ribu tahun lalu.

"Temuan yang ditemukan di Ngada ini umurnya kira-kira 700 ribu tahun. Di Sangiran saja kalau tidak salah 60 ribu tahun. Ini bisa membuka wacana peradaban kita, 700 ribu tahun lalu sudah ada manusia di NTT," ujar Staf Ahli Bidang Investasi dan Produksi Kementerian ESDM, Yun Yunus Kusumahbrata.
Manusia purba tersebut merupakan kerabat pertama H floresiensis atau yang biasa disebut "The Hobbit".

"Usianya jauh lebih tua ketimbang Homo floresiensis atau biasa disebut Hobbit di Liang Bua, Flores, yang berusia 100.000 tahun lalu," ujar Gert.

Dugaan keberadaan fosil manusia purba di Ngada sendiri sudah dilaporkan pada 1956 oleh raja yang berkuasa saat itu di sana. Dia menemukan fosil tulang diduga binatang. Setelah itu peneliti dari luar negeri mulai terjun meneliti.

Tag : Peristiwa
0 Comments for " Penemuan Fosil Manusia Purba Dari Flores Lebih Tua dari Hobbit di Liang Bua"

*Berkomentarlah yang Baik dan Sopan
*Silahkan Beri Tanggapan Sesuai Topik Artikel diatas
*Dilarang SPAM dan Menyertakan Link Aktif

Back To Top